Hari kelam dunia sepak bola (73 orang tewas)



Kemenangan mengejutkan Al Masry atas Al Ahly 3-1 pada pertandingan liga utama Mesir diwarnai insiden mengerikan.

Usai peluit panjang berbunyi tanda berakhirnya pertandingan, ribuan fans Al Masry menyerbu masuk lapangan. Mereka melempari batu, botol, hingga kembang api kepada pemain serta staf teknik tim lawan. Skuad Al Ahly pun secara tergesa-gesa dilarikan ke ruang ganti pemain.

"Semua pemain secara brutal dipukuli. Kami tertahan di kamar ganti, pelatih Manuel Jose tidak bersama kami saat ini," ujar bek kanan Ahmed Fathi dengan panik ketika melakukan wawancara telepon dengan Modern Kora.

Korban jiwa pun berjatuhan. Berbagai sumber media menyebutkan angka yang berbeda-beda, mulai dari 35, lebih dari 50, hingga pernyataan Kementerian Kesehatan Mesir yang mengatakan 73 orang tewas dalam kerusuhan tersebut. Sebagian di antaranya merupakan petugas keamanan stadion. Mayoritas korban kehilangan nyawa karena gegar otak dan luka tusukan.

"Ini bukan lagi sepakbola. Ini perang dan orang-orang meregang nyawa di depan kami. Tidak ada tindakan, tidak ada keamanan, dan tidak ada ambulans," seru striker Mohamed Abo Treika kepada stasiun televisi Ahli.

"Saya meminta agar liga digentikan. Situasi ini mengerikan dan kejadian hari ini tidak akan pernah bisa dilupakan."

Tensi pertandingan kedua tim sudah menghangat dua hari sebelumnya. Tuan rumah sebenarnya berupaya mendinginkan suasana dengan memutar video pemain legendaris Mesir, Mahmoud El-Khatib, yang menjalani operasi tumor otak sebelum kick-off pertandingan.

Kerusuhan yang terjadi di Port Said itu bukan kali pertama karena perkelahian antarfans pernah terjadi pada pekan ke-16 liga Mesir antara Al Masry dan Ismaily.

Segera setelah kabar kerusuhan di Port Said merebak, pertandingan Ismaily dan Zamalek di Kairo dihentikan. Keputusan ini disambut murka para fans Zamalek yang membakar bangku stadion.

Selain itu, muncul pula kabar Al Ahly, Zamalek, dan Ismaily menyatakan mundur dari kompetisi.

No comments:

Post a Comment